Tuesday, November 27, 2012

Tragedi Dari Kesempatan Yang Hilang


Speakers: Pdt. Agus Budiman

Tidak ada dalam Alkitab, kecuali Tuhan Yesus, tahu persis kapan dia akan meninggal.

Ditengah musibah nasional (pada waktu itu Yehuda dikepung oleh kerajaan Asyur atau Asyria), Hizkia mengalami krisis pribadi.  Dia sakit. Lalu nabi Yesaya memberitahukan kepadanya bahwa dia akan mati. Raja Hizkia memohon kepada Tuhan dan Tuhan mendengarkan permohonannya sehingga umur Hizkia diperpanjang lagi 15 tahun. Didalam usianya yang diperpanjang lahirlah Manasseh bagi raja Hizkia.  Anaknya, raja Manasye, sebagai penerusnya.


Suatu kali raja Babel mengutus delegasi dari bangsa Babel datang untuk memberikan selamat kepada raja Hizkia atas kesembuhan dan kemenangannya atas bangsa Asyur.  Setelah utusan raja Babel kembali ke Babel, lalu datanglah nabi Yesaya menghadap raja Hizkia.

Pembicaraan antara raja Hizkia dan nabi Yesaya setelah kedatangan rombongan raja Babylon memberikan kita pengertian akan kesalahan yang Hizkia lakukan dalam meresponi teguran Tuhan.

Yesaya:
“Apa yang dikatakan orang-orang ini? dan darimana mereka datang?”

Hizkia:
“Mereka datang dari negeri jauh, dari Babel.”

Yesaya:
“Apa yang mereka telah lihat dirumahmu?”

Hizkia:
“Semua telah mereka lihat; tidak ada satupun yang tidak aku perlihatkan kepada mereka.”

Yesaya:
“Demikianlah Firman Tuhan: Lihat, hari-harinya akan datang dimana semua yang ada dirumahmu dan apa yang telah disimpan nenek moyangmu hari ini, akan diangkut ke Babel.  Tidak ada satupun yang tertinggal, Firman Tuhan. Dan dari keturunanmu yang akan kau peroleh, akan menjadi sida-sida di istana raja Babel.”

Hizkia:
“Sungguh baik firman Tuhan yang kau ucapkan itu.” tetapi pikirnya “Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku”.

Dia tidak sadar kalau hal itu merupakan jerat baginya dikemudian hari. Raja Hizkia memperlihatkan semua harta kekayaannya, sewaktu dia memperlihatkan seluruh kekayaannya kepada raja Babel.  Tanpa diragukan lagi bahwa kekayaan yang dimiliki oleh raja Hizkia adalah hasil dari jarahannya atas bangsa Asyur yang telah dikalahkannya.  Disini raja Hizkia bertindak seolah-olah karena kehebatannya lah segala kemenangan dan kekayaannya itu dia miliki. 

Memang bahaya ancaman dari bangsa Asyur sudah lewat, namun ancaman dari Babel masih ada.  Hizkia menerima teguran keras dari nabi Yesaya.  Yang sangat menarik  perhatian kita adalah yang dinyatakan dalam 2 Tawarikh 32: 31,

“Dan pada waktu utusan-utusan dari Babel datang untuk menanyakan kepadanya tentang kesembuhannya yang ajaib, TUHAN membiarkan Hizkia bertindak sendiri, supaya dapat menguji hatinya.”

Dalam hal ini hati Hizkia ditemukan tidak murni sewaktu mengalami ujian. 
Seperti terlihat dari jawabannya yang sembrono kepada nabi Yesaya. 

Dia mengatakan “baik” karena berpikir bahwa Firman itu tidak akan terjadi dalam masa hidupnya.
  1. Bukan hanya dia tidak berpikir tentang bangsa Babel sebagai ancamannya di kemudian hari, tetapi dia juga tidak berpikir akan generasi selanjutnya.
  2. Anaknya yang menjadi penerusnya, raja Manasye, yang pada waktu itu lahir dalam masa 15 tahun tersebut, bertumbuh sebagai raja yang paling jahat dalam sejarah kerajaan Yehuda dan menghilangkan segala sesuatu yang dilakukan ayahnya.

Bagaimana mungkin seorang raja yang saleh menghasilkan anak kejam?
  1.  Tentunya alasan yang jelas adalah
  2. Ketidak-pedulian Hizkia terhadap generasi penerusnya. 
  3. Hizkia hanya mementingkan dirinya sendiri. 

Bila seseorang tahu akan jangka waktu hidupnya, maka ada dua pilihan yang ia dapat lakukan.
  1. Menikmati keadaan sekarang dengan sepuas-puasnya atau
  2. Mempersiapkan yang terbaik untuk generasi selanjutnya

Ketika Hizkia mati, Manasye menjadi raja waktu berumur 12 tahun. Raja Manasye melakukan apa yang jahat dimata Tuhan. Bahkan ia mempersembahkan anaknya sebagai korban bakaran, mendatangkan kesengsaraan dan membunuh banyak orang2 Yehuda. Setelah memerintah 55 tahun memerintah, raja Manasye ditawan serta dibawa ke Babel.

1. Hizkia dan Manasye memberikan kita banyak pelajaran:
  • Rumah yang baik dan nyaman tidak menjamin adanya anak-anak yang saleh
  • Hizka melihat contoh yang jelek dari ayahnya dan memilih jalan yang lain.
  • Manasye melihat contoh yang baik dari ayahnya dan memilih jalan yang lain.  Hal seperti ini tentunya sangat membingungkan kita. 
  • Namun, jika kita melihat anak-anak yang dibesarkan dari keluarga yang luar biasa baiknya justru tidak hidup dalam iman orang tua mereka, kita menyadari bahwa rumah tangga yang baik/saleh harus dibantu dengan lingkungan yang baik sehingga anak2 mendapat support dari komunitas. 
  • Ada beberapa orang tua,  memaksakan iman mereka atas anak-anak mereka dengan tanpa memberikan suatu contoh kehidupan yang nyata.  Akhirnya semua itu justru membuat anak-anak mereka jauh dari Tuhan.  



Tanggung jawab kita bukanlah untuk menentukan akhir hidup anak-anak kita, tetapi untuk menyediakan suatu rumah tangga yang baik dan harmonis supaya anak2 dapat hidup didalam Tuhan.

“Didiklah orang muda (anak2) menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuannyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”

(Amsal. 22:6)
Jika kita telah meletakkan dasar yang kuat dan benar pada waktu mereka masih muda, kita boleh yakin bahwa seberapa jauhpun mereka undur dari Tuhan, mereka akan kembali lagi.  

2. Hizkia gagal menggunakan waktu yang diberikan untuk mengembangkan pengaruhnya

Dalam kehidupan Hizkia kita tidak melihat tindakan urgensi.  Justru karena kesembuhan illahi dan kemenangan nya atas raja Asyur membuat dia jadi merasa nyaman dan tidak peduli.  Hizkia gagal menggunakan waktu kehidupan “anugerah” untuk mengembangkan pengaruhnya atas generasi yang mendatang.

Seperti pemimpin-pemimpin yang berhasil, kesuksesan mereka berhenti dengan kehidupannya.  Jika Hizkia meninggal karena penyakitnya, Manasye tentunya tidak akan lahir, dan sejarah Yehuda pasti menjadi lain.  Sebenarnya kalau dipikir bagi Hizkia bukanlah suatu keuntungan untuk menukarkan 15 tahun waktu kehidupan dengan 55 tahun masa pemerintahan yang jahat.

Selama waktu tambahan tersebut, Manasye lahir dan kemudian ia menjadi raja Yehuda.  Dia memerintah selama 55 tahun dan menjadi salah satu raja terjahat dalam sejarah kerajaan Yehuda:
  • Menumpahkan banyak darah orang tidak berdosa selama pemerintahannya
  • Seluruh kerajaan mengalami kesulitan karena kejahatannya. 

Kesulitan ini semua terjadi karena Manasye, seorang raja yang seharusnya tidak lahir jika Hizkia menerima kehendak Allah atas hidupnya.

3. Tragedi dari kesempatan yang hilang

Sewaktu Allah memberitahukan Hizkia untuk mempersiapkan rumahnya sebelum kematian karena penyakitnya, dia memohon rahmat Tuhan berdasarkan kebaikan-kebaikan yang telah dia lakukan.  Allah memberikan dia 15 tahun tambahan kehidupan yang merupakan kelipatan dari masa 29 tahun pemerintahannya.  Namun, Hizkia gagal merapihkan rumahnya atau mempersiapkan kematiannya yang di-undur.

Kesimpulan:
  • Hizkia memiliki 15 tahun tambahan waktu dan dia menyia-nyiakan semua nya.  Tidak ada dalam Alkitab, kecuali Tuhan Yesus, tahu persis kapan dia akan meninggal.  Hizkia tidak meng-fokuskan dirinya untuk the next generation, hanya menganggap bahwa anaknya akan melanjutkan secara otomatis segala sesuatu yang telah dia capai?  Ternyata hal itu salah sama sekali.
  • Hizkia membawa semua keberhasilannya kedalam lubang kuburnya, dan membiarkan kejahatan anaknya dan penerusnya untuk menghancurkan generasi yang mendatang.


1 comment:

  1. Rumah yang baik dan nyaman tidak menjamin adanya anak-anak yang saleh
    >>betul sekali

    ReplyDelete