Speakers: Pdt. Agus Budiman
Tidak ada dalam Alkitab, kecuali Tuhan
Yesus, tahu persis kapan dia akan meninggal.
Ditengah musibah nasional (pada waktu itu
Yehuda dikepung oleh kerajaan Asyur atau Asyria), Hizkia mengalami krisis
pribadi. Dia sakit. Lalu nabi Yesaya
memberitahukan kepadanya bahwa dia akan mati. Raja Hizkia memohon kepada Tuhan
dan Tuhan mendengarkan permohonannya sehingga umur Hizkia diperpanjang lagi 15
tahun. Didalam usianya yang diperpanjang lahirlah Manasseh bagi raja
Hizkia. Anaknya, raja Manasye, sebagai
penerusnya.
Suatu kali raja Babel mengutus delegasi
dari bangsa Babel datang untuk memberikan selamat kepada raja Hizkia atas
kesembuhan dan kemenangannya atas bangsa Asyur.
Setelah utusan raja Babel kembali ke Babel, lalu datanglah nabi Yesaya
menghadap raja Hizkia.
Pembicaraan antara raja Hizkia dan nabi
Yesaya setelah kedatangan rombongan raja Babylon memberikan kita pengertian
akan kesalahan yang Hizkia lakukan dalam meresponi teguran Tuhan.
Yesaya:
“Apa yang dikatakan orang-orang ini? dan
darimana mereka datang?”
Hizkia:
“Mereka datang dari negeri jauh, dari
Babel.”
Yesaya:
“Apa yang mereka telah lihat dirumahmu?”
Hizkia:
“Semua telah mereka lihat; tidak ada
satupun yang tidak aku perlihatkan kepada mereka.”
Yesaya:
“Demikianlah Firman Tuhan: Lihat,
hari-harinya akan datang dimana semua yang ada dirumahmu dan apa yang telah
disimpan nenek moyangmu hari ini, akan diangkut ke Babel. Tidak ada satupun yang tertinggal, Firman
Tuhan. Dan dari keturunanmu yang akan kau peroleh, akan menjadi sida-sida di
istana raja Babel.”
Hizkia:
“Sungguh baik firman Tuhan yang kau ucapkan
itu.” tetapi pikirnya “Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku”.
Dia tidak sadar kalau hal itu merupakan
jerat baginya dikemudian hari. Raja Hizkia memperlihatkan semua harta kekayaannya,
sewaktu dia memperlihatkan seluruh kekayaannya kepada raja Babel. Tanpa diragukan lagi bahwa kekayaan yang
dimiliki oleh raja Hizkia adalah hasil dari jarahannya atas bangsa Asyur yang
telah dikalahkannya. Disini raja Hizkia
bertindak seolah-olah karena kehebatannya lah segala kemenangan dan kekayaannya
itu dia miliki.
Memang bahaya ancaman dari bangsa Asyur
sudah lewat, namun ancaman dari Babel masih ada. Hizkia menerima teguran keras dari nabi
Yesaya. Yang sangat menarik perhatian kita adalah yang dinyatakan dalam 2
Tawarikh 32: 31,
“Dan pada waktu utusan-utusan dari Babel
datang untuk menanyakan kepadanya tentang kesembuhannya yang ajaib, TUHAN
membiarkan Hizkia bertindak sendiri, supaya dapat menguji hatinya.”
Dalam hal ini hati Hizkia ditemukan tidak
murni sewaktu mengalami ujian.
Seperti terlihat dari jawabannya yang
sembrono kepada nabi Yesaya.
Dia mengatakan “baik” karena berpikir bahwa
Firman itu tidak akan terjadi dalam masa hidupnya.
- ”Bukan hanya dia tidak berpikir tentang bangsa Babel sebagai ancamannya di kemudian hari, tetapi dia juga tidak berpikir akan generasi selanjutnya.
- Anaknya yang menjadi penerusnya, raja Manasye, yang pada waktu itu lahir dalam masa 15 tahun tersebut, bertumbuh sebagai raja yang paling jahat dalam sejarah kerajaan Yehuda dan menghilangkan segala sesuatu yang dilakukan ayahnya.
Bagaimana mungkin seorang raja yang saleh
menghasilkan anak kejam?
- Tentunya alasan yang jelas adalah
- Ketidak-pedulian Hizkia terhadap generasi penerusnya.
- Hizkia hanya mementingkan dirinya sendiri.
Bila seseorang tahu akan jangka waktu
hidupnya, maka ada dua pilihan yang ia dapat lakukan.
- Menikmati keadaan sekarang dengan sepuas-puasnya atau
- Mempersiapkan yang terbaik untuk generasi selanjutnya
Ketika Hizkia mati, Manasye menjadi raja
waktu berumur 12 tahun. Raja Manasye melakukan apa yang jahat dimata Tuhan.
Bahkan ia mempersembahkan anaknya sebagai korban bakaran, mendatangkan
kesengsaraan dan membunuh banyak orang2 Yehuda. Setelah memerintah 55 tahun
memerintah, raja Manasye ditawan serta dibawa ke Babel.
1. Hizkia
dan Manasye memberikan kita banyak pelajaran:
- Rumah yang baik dan nyaman tidak menjamin adanya anak-anak yang saleh
- Hizka melihat contoh yang jelek dari ayahnya dan memilih jalan yang lain.
- Manasye melihat contoh yang baik dari ayahnya dan memilih jalan yang lain. Hal seperti ini tentunya sangat membingungkan kita.
- Namun, jika kita melihat anak-anak yang dibesarkan dari keluarga yang luar biasa baiknya justru tidak hidup dalam iman orang tua mereka, kita menyadari bahwa rumah tangga yang baik/saleh harus dibantu dengan lingkungan yang baik sehingga anak2 mendapat support dari komunitas.
- Ada beberapa orang tua, memaksakan iman mereka atas anak-anak mereka dengan tanpa memberikan suatu contoh kehidupan yang nyata. Akhirnya semua itu justru membuat anak-anak mereka jauh dari Tuhan.
Tanggung jawab kita bukanlah untuk
menentukan akhir hidup anak-anak kita, tetapi untuk menyediakan suatu rumah
tangga yang baik dan harmonis supaya anak2 dapat hidup didalam Tuhan.
“Didiklah orang muda (anak2) menurut
jalan yang patut baginya, maka pada masa tuannyapun ia tidak akan menyimpang
dari pada jalan itu”
(Amsal. 22:6)
Jika kita telah meletakkan dasar yang kuat
dan benar pada waktu mereka masih muda, kita boleh yakin bahwa seberapa jauhpun
mereka undur dari Tuhan, mereka akan kembali lagi.
2. Hizkia gagal
menggunakan waktu yang diberikan untuk mengembangkan pengaruhnya
Dalam kehidupan Hizkia kita tidak melihat
tindakan urgensi. Justru karena
kesembuhan illahi dan kemenangan nya atas raja Asyur membuat dia jadi merasa
nyaman dan tidak peduli. Hizkia gagal
menggunakan waktu kehidupan “anugerah” untuk mengembangkan pengaruhnya atas
generasi yang mendatang.
Seperti pemimpin-pemimpin yang berhasil,
kesuksesan mereka berhenti dengan kehidupannya.
Jika Hizkia meninggal karena penyakitnya, Manasye tentunya tidak akan
lahir, dan sejarah Yehuda pasti menjadi lain.
Sebenarnya kalau dipikir bagi Hizkia bukanlah suatu keuntungan untuk
menukarkan 15 tahun waktu kehidupan dengan 55 tahun masa pemerintahan yang
jahat.
Selama waktu tambahan tersebut, Manasye
lahir dan kemudian ia menjadi raja Yehuda.
Dia memerintah selama 55 tahun dan menjadi salah satu raja terjahat
dalam sejarah kerajaan Yehuda:
- Menumpahkan banyak darah orang tidak berdosa selama pemerintahannya
- Seluruh kerajaan mengalami kesulitan karena kejahatannya.
Kesulitan ini semua terjadi karena Manasye,
seorang raja yang seharusnya tidak lahir jika Hizkia menerima kehendak Allah
atas hidupnya.
3. Tragedi dari
kesempatan yang hilang
Sewaktu Allah memberitahukan Hizkia untuk
mempersiapkan rumahnya sebelum kematian karena penyakitnya, dia memohon rahmat
Tuhan berdasarkan kebaikan-kebaikan yang telah dia lakukan. Allah memberikan dia 15 tahun tambahan
kehidupan yang merupakan kelipatan dari masa 29 tahun pemerintahannya. Namun, Hizkia gagal merapihkan rumahnya atau
mempersiapkan kematiannya yang di-undur.
Kesimpulan:
- Hizkia memiliki 15 tahun tambahan waktu dan dia menyia-nyiakan semua nya. Tidak ada dalam Alkitab, kecuali Tuhan Yesus, tahu persis kapan dia akan meninggal. Hizkia tidak meng-fokuskan dirinya untuk the next generation, hanya menganggap bahwa anaknya akan melanjutkan secara otomatis segala sesuatu yang telah dia capai? Ternyata hal itu salah sama sekali.
- Hizkia membawa semua keberhasilannya kedalam lubang kuburnya, dan membiarkan kejahatan anaknya dan penerusnya untuk menghancurkan generasi yang mendatang.
Rumah yang baik dan nyaman tidak menjamin adanya anak-anak yang saleh
ReplyDelete>>betul sekali